embangunan Pura Jagad Karta di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat tahun ini telah berjalan. Salah satu pura yang menjadi tujuan tirta yatra favorit  umat Hindu di Indonesia ini diperkirakan membutuhkan dana Rp 8M. Untuk menggalang anggaran sebesar itu partisipasi umat melalui punia ditunggu.

“Punia yang sudah masuk ke rekening yayasan mencapai Rp 1M-an, kalau punia dalam bentuk bahan bangunan kalau diuangkan Rp 2 M,”kata Ketua Ad Hoc Penggalian Dana Pembangunam Pura Parahyangan Agung Jagat Karta I Putu Mahasta Adijadnja saat dihubungi Minggu (15/5) dari Denpasar.

Pembangunan yang dilakukan, kata Mahasta berada di bagian nista mandala dan utama mandala diantaranya wantilan, tempat pesandekan pidandita dan pandita hingga pembangunan pasraman non formal. Wantilan misalnya kata dia untuk melakukan berbagai aktivitas keumatan mulai dari dharma tula hingga menjamu pemedek yang tangkil dari berbagai daerah di Indonesia.

“Selama ini membludak dan tidak ada tempat bagi umat untuk istirahat,”tambah dia. Disamping itu yang tak kalah penting adalah gedung pasraman dalam menunjang pelaksanaan pendidikam keagamaan di luar sekolah.

Untuk menggumpulkan dana milyaran rupiah, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Mulai dari membangun komunikasi dengan Dirjen Bimas Hindu dan menginformasikan kepada umat Hindu se Indonesia melalui berbagai sarana. Baik melalui PHDI hingga media sosial.

Termasuk terus berkomunikasi dengan elut Hindu yang ada di Bali dan duduk di DPR RI. “Kalau di Bali baru Pemkab Tavanan yang mapunia dengan Menteti UMKM dan beberapa anggita DPRD. Kita harapkan dukungan seluruh unat di Indonesia,” harapnya.

Untuk  menjamin tranparansi,  dalam pengelolaan punia, pihaknya tak segan-segan menyiapkan tim audit. Sehingga umat dimibta tidak was-was dalam pengelolaan dana yang masuk.

Kawasan pura yang berada di Gunung Salak tersebut, dalam proses pengerjaan memang menemui berbagai kendala. Kondisi yang terjal dan berbukit menjadi tantangan tersendiri dalam pelebaran kawasan pura. Sehingga, pura yang diempon oleh umat Hindu se Jabotabek tersebut dalam pengerjaannya mesti ekstra hati-hati. Apalagi saat menggunakan berbagai jenis alat berat.

Pembangunan yang sudah dimulai pada November 2015 lalu ini, kini terus dikembut. Pasalnya, dari pihak kepanitian menargetkam agar pada bulan September atau tepat pada piodalam mendatang bangunan sudah a bisa dimanfaatkan. “Meskipum tidak fi nis 100 persen tidal jadi soal. Asalkan sudah berbentuk,”ujarnya.

Selain kendala biaya, pihaknya mengakui cuaca yang tidak menentu menjadi pemicu. Apalagi, belakangan hujan terus menguyur Bogor sehinga proses pengerjaan bangunan di sementara  diberhentikan.

Pihaknya khawatir kalau dilanjutkan sewaktu-waktu bangunan yang sudah dibangun kembali jebol. “Disamping itu tekstur tanah di sini mudah sekali longsor,” tambahnya.

https://www.posbali.id/pembangunan-pura-gunung-salak-capai-rp8-m/