Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa memberikan materi bertema ‘Kepemimpinan Berkarakter: Membangun Generasi Muda Hindu Mandiri, Melayani, dan Menginspirasi’ dalam Hindu Youth Leadership Camp (HYLC) di Wantilan Parahyangan Agung Jagatkartta, Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/8). Dalam memberikan materi tersebut, Ni Luh Puspa menegaskan seorang pemimpin adalah pelayan.“Memimpin bukan berarti kita menjadi orang yang dilayani, tapi esensinya melayani,” kata Ni Luh Puspa.
Untuk bisa menjadi pemimpin, kata Ni Luh Puspa, bisa mulai dari menyampaikan pendapat. Dengan menyampaikan pendapat bisa memaparkan pemikirannya kepada orang lain sehingga melatih pula untuk bicara di hadapan banyak orang.
Untuk itu, pemimpin perlu dibentuk dari proses belajar, pengalaman, dan pelatihan. Dia menilai, HYLC bisa menjadi salah satu ajang pelatihan kepemimpinan bagi generasi muda Hindu. Apalagi, kata Ni Luh Puspa, HYLC menghadirkan narasumber luar biasa seperti Staf Khusus Kasad Letjen TNI I Nyoman Cantiasa dan lainnya.
Mengikuti HYLC pun tidak dikenakan biaya. Oleh karena itu, Ni Luh Puspa ingin para peserta HYLC memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Dia juga meminta mereka untuk menyerap ilmu yang diberikan oleh narasumber HYLC.
“Kepemimpinan harus dikembangkan, karena bukan bawaan dari lahir. Mudah-mudahan fakta ini bisa membangun kepercayaan diri adik-adik. Siapa pun kalian dan back groundnya apa pun, bisa,” ucap Ni Luh Puspa.
Dia kemudian menyontohkan, Nelson Mandela dan Mahatma Gandhi. Keduanya menjadi pemimpin, karena perjalanan hidup dan perubahan yang dialami. “Saya yakin, di antara kalian suatu saat nanti akan ada yang jadi pemimpin. Tidak mesti menjadi menteri, presiden, panglima TNI. Menjadi ketua panitia acara seperti ini atau ketua banjar, kelian adat itu juga pemimpin. Pemimpin itu jangan dilimit,” jelas Ni Luh Puspa.
Ni Luh Puspa pun menceritakan pengalamannya. Dia mengaku, dulu tidak berpikir akan menjadi news anchor dan wamen. Bahkan, menjadi wamen jauh dari pikirannya. Namun, Sang Hyang Widhi Wasa berkehendak lain sehingga jalan hidup membawanya ke sana.
Padahal, dia lahir dari keluarga biasa di kampung. Dahulu kampungnya belum ada listrik dan air. Jalan menuju sekolah dia juga memprihatinkan. Terlebih, saat turun hujan akan membuat jalanan becek karena masih tanah. Ni Luh Puspa terpaksa tidak memakai sepatu agar tak rusak. Mendekati sekolah, dia baru memakainya.
Saat musim kemarau, Ni Luh Puspa harus jalan kaki berkilometer untuk mengambil air. Pukul 02.00 dinihari, dia sudah bangun untuk mengambil air hingga pukul 05.30. “Pukul 06.00 saya pergi sekolah. Waktu itu, saya tidak berpikir menjadi something (sesuatu),” kata Ni Luh Puspa.
Dia hanya berpikir ingin belajar supaya kelak mendapat pekerjaan lebih baik dibanding orangtua maupun kakek dan neneknya. “Ternyata Tuhan memberi saya jalan untuk kuliah dan menjadi ‘seseorang’. Orang sukses, katanya karena disupport orangtua dan lingkungan. Saya tidak disupport lingkungan,” jelas Ni Luh Puspa. Sampai-sampai neneknya menyarankan menjadi pembantu di kota.
Menurut Ni Luh Puspa, yang membuat keluarganya miskin karena tidak ada yang sekolah tinggi di keluarga. Dia berdoa kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar bisa sekolah tinggi. Hasilnya, dia yang pertama di keluarga meraih pendidikan sarjana. “Artinya jangan merasa tidak menjadi apa-apa. Mindset menentukan,” tandas Ni Luh Puspa.
Ni Luh Puspa mengingatkan, untuk menjadi pemimpin perlu punya jiwa integritas. Seorang pemimpin juga harus berkata jujur dan benar, meski tidak populer. Seorang pemimpin perlu pula bertanggungjawab. Tidak hanya kepada dirinya, tetapi kepada masyarakat luas. Pemimpin bisa mempersatukan, bukan memecah belah.
Tak ketinggalan dapat mengontrol diri dan disiplin. Lalu seorang pemimpin tidak hanya bisa bicara, tetapi bisa mendengarkan. Mengelola konflik dan membangun kerja sama. Dia pun meminta kepada generasi muda Hindu yang ikut HYLC harus percaya diri.
“Saya katakan adik-adik harus percaya diri, berani, dan aktif. Kita juga boleh terinspirasi pemimpin dunia lain, tapi sebagai pemuda Hindu harus memasukkan juga nilai-nilai Hindu. Bangun jejaring mulai sekarang. Jangan pandang remeh siapa pun. Jangan lihat dia tidak jelas, siapa tahu dia menjadi dirut dan kamu melamar di tempatnya,” ucapnya
Beberapa link youtube terkait:




